Ibu Jembatanmu menuju surga
Penulis : Djono Winanto Oesman
Penerbit : MelvanaPublishing
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, Oktober 2015
Tempat Terbit : Kelapa dua, Depok, Jawa Barat
Tebal : 336 halaman
Ukuran : 20,5 cm x 13 cm
Harga :Rp. 75.000
Novel ini menceritakan seorang penyandang Lupus, Dia warga
Bekasi, Jawa Barat. Meninggal tahun lalu diusia 38 tahun. Perjuangan hidupnya
luar biasa. Menginspirasi orang lain agar bangkit dari kesulitan hidup. Selama
24 tahun berjuang melawan penyakit Lupus yang dideritanya sejak 1990 ketika
usianya masih 14 tahun.
Dia seorang anak yang cerdas dan ceria bernama Eva Meliana
Santi.Eva lahir di Dusun Dududuhan, Desa Mekarsari, Kecamatan Kotawinangun,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 5 September1976.Eva terakhir tinggal di
Jatibening, Bekasi, Jabar.Dia meninggal di Jakarta, 1 April 2014 pukul 00.33
wib.Eva Lulusan akademi sekretaris di Jakarta. Pekerjaan Master of Ceremony
pernikahan dan Sekretaris Yayasan Lupus Indonesia. Perjalanan
hidupnya sangat luar biasa sekali.
Untuk mengetahui penyakitnya dia harus diambil sumsum tulang belakang.Hasilnya, dia terkena Lupus yang terus menerus menghancurkan organ-organ dalam satu demi satu.Organ yang rusak, di operasi, dibuang.Satu demi satu organ dalam hilang, satu hilang, disusul yang lainya.Lupus memakan, menggrogoti, dan mencampakkan. Ibunda Eva, Sugiarti dengan sangat sabar merawat Eva, tak lupa sang ayah yang selalu mengantar jemput Eva, Badarudin.
Suami Eva, Nanan. Sudah mengetahui penyakit Eva sejak SMA.Tetapi lelaki tersebut tetap nekad untuk menikahi Eva. Pernikahan pun terasa sangat berat dan garing bagi sang suami. Nanan terus bersabar, tabah dan berdoa selalu unutk kebaikan Eva.Sampai Eva menghembuskan nafas terakhir Nanan masih tetap setia berada disamping Eva.Nanan mengatakan “Cintaku padamu menembus kehidupan fana. Cintakupadamu ladang pahalaku hidup di dunia” .
Novel ini termasuk cerita yang tidak bertele-tele langsung
pada intinya, berbagai macam informasi tentang penyakit lupus dan
gejala-gejalanya dapat di paparkan sedemikian rupa di dalm cerita
novel.sehingga menambah wawasan dan pengetahuan para pembaca novel ini. Novel
ini memberikan banyak inspirasi dan memberi tahu para pembaca agar lebih
menghargai setiap waktu dalam hidup ini.Novel ini pula meiliki banyak
kejutan.Namun terkadang Novel ini terasa sedikit membosankan atau terasa kering
di beberapa bagian ceritanya.
Gaya penulisan pada novel 728hari langsung pada intinya dan menggunakan gaya sastra yang tinggi dalam penulisannya. Gaya penulisan yang sangat renyah, di beberapa bagian muncul kejutan-kejutan alamiah, sehingga membuat pembaca terpaku pada buku. Walaupun masih terdapat kata-kata yang salah dalam pengetikan dan ada gaya bahasa yang menurut sedikit susah untuk dipahami oleh para pembaca.
Kompetitor terdekat 728 Hari adalah Surat Kecil untuk Tuhan (SKUT) karya Agnes Davonar.Sama-sama kisah nyata, tentang penyakit, dan mengharukan.Bedanya adalah dinamika dan kedalaman cerita 728 Hari lebih unggul dan mengandung banyak inspirasi, SKUT unggul di menguras air mata para pembaca.
Dramatisasi Ringan Meskipun penuh dengan pujian, toh novel itu masih perlu pendalaman dalam hal dramatisasi.
Pada bagian akhir di halaman 323 saat Eva menghembuskan napas terakhirnya, harapan pembaca untuk mendapatkan akhir yang dramatis kurang terpenuhi 100 persen.
Selain dalam beberapa bagian buku ini terasa penuh sesak dengan informasi yang dijejal-jejalkan.
Hal itu boleh jadi wajar mengingat bukan sesuatu yang mudah untuk menuangkan kisah hidup seseorang dalam hanya 336 halaman.
Gaya penulisan ala wartawan yang "langsung pada intinya" agak sedikit terasa mengingat sang penulis Djono W. Oesman adalah wartawan kawakan jebolan Grup Jawa Pos yang memulai karier jurnalistik sejak 1984
Namun gaya penulisan langsung itu adakalanya menjadi pedang bermata dua bagi sebuah hasil karya sastra.
Pembaca memang akan diperkaya dengan infomasi yang demikian lengkap namun di satu sisi, ia pernah kehilangan "roh" dalam setiap kisah yang diceritakannya. Akibatnya ada beberapa bagian yang terasa "kering".
Namun di luar itu semua, Djono W. Oesman mampu mengemas novel itu dengan baik sehingga novel layak untuk dibaca semua kalangan bukan semata bagi penyandang penyakit lupus.
Novel ini bahkan enak dibaca bagi mereka yang ingin mendapatkan inspirasi tentang bagaimana menghargai waktu dan hidup yang singkat ini.
Informasi tentang buku ini: Judul : 728 Hari Penulis : Djono W. Oesman Penerbit : Melvana Publishing Jumlah halaman : 336 Cetakan : Oktober 2015
#SABTULIS
Untuk mengetahui penyakitnya dia harus diambil sumsum tulang belakang.Hasilnya, dia terkena Lupus yang terus menerus menghancurkan organ-organ dalam satu demi satu.Organ yang rusak, di operasi, dibuang.Satu demi satu organ dalam hilang, satu hilang, disusul yang lainya.Lupus memakan, menggrogoti, dan mencampakkan. Ibunda Eva, Sugiarti dengan sangat sabar merawat Eva, tak lupa sang ayah yang selalu mengantar jemput Eva, Badarudin.
Suami Eva, Nanan. Sudah mengetahui penyakit Eva sejak SMA.Tetapi lelaki tersebut tetap nekad untuk menikahi Eva. Pernikahan pun terasa sangat berat dan garing bagi sang suami. Nanan terus bersabar, tabah dan berdoa selalu unutk kebaikan Eva.Sampai Eva menghembuskan nafas terakhir Nanan masih tetap setia berada disamping Eva.Nanan mengatakan “Cintaku padamu menembus kehidupan fana. Cintakupadamu ladang pahalaku hidup di dunia” .
Gaya penulisan pada novel 728hari langsung pada intinya dan menggunakan gaya sastra yang tinggi dalam penulisannya. Gaya penulisan yang sangat renyah, di beberapa bagian muncul kejutan-kejutan alamiah, sehingga membuat pembaca terpaku pada buku. Walaupun masih terdapat kata-kata yang salah dalam pengetikan dan ada gaya bahasa yang menurut sedikit susah untuk dipahami oleh para pembaca.
Kompetitor terdekat 728 Hari adalah Surat Kecil untuk Tuhan (SKUT) karya Agnes Davonar.Sama-sama kisah nyata, tentang penyakit, dan mengharukan.Bedanya adalah dinamika dan kedalaman cerita 728 Hari lebih unggul dan mengandung banyak inspirasi, SKUT unggul di menguras air mata para pembaca.
Dramatisasi Ringan Meskipun penuh dengan pujian, toh novel itu masih perlu pendalaman dalam hal dramatisasi.
Pada bagian akhir di halaman 323 saat Eva menghembuskan napas terakhirnya, harapan pembaca untuk mendapatkan akhir yang dramatis kurang terpenuhi 100 persen.
Selain dalam beberapa bagian buku ini terasa penuh sesak dengan informasi yang dijejal-jejalkan.
Hal itu boleh jadi wajar mengingat bukan sesuatu yang mudah untuk menuangkan kisah hidup seseorang dalam hanya 336 halaman.
Gaya penulisan ala wartawan yang "langsung pada intinya" agak sedikit terasa mengingat sang penulis Djono W. Oesman adalah wartawan kawakan jebolan Grup Jawa Pos yang memulai karier jurnalistik sejak 1984
Namun gaya penulisan langsung itu adakalanya menjadi pedang bermata dua bagi sebuah hasil karya sastra.
Pembaca memang akan diperkaya dengan infomasi yang demikian lengkap namun di satu sisi, ia pernah kehilangan "roh" dalam setiap kisah yang diceritakannya. Akibatnya ada beberapa bagian yang terasa "kering".
Namun di luar itu semua, Djono W. Oesman mampu mengemas novel itu dengan baik sehingga novel layak untuk dibaca semua kalangan bukan semata bagi penyandang penyakit lupus.
Novel ini bahkan enak dibaca bagi mereka yang ingin mendapatkan inspirasi tentang bagaimana menghargai waktu dan hidup yang singkat ini.
Informasi tentang buku ini: Judul : 728 Hari Penulis : Djono W. Oesman Penerbit : Melvana Publishing Jumlah halaman : 336 Cetakan : Oktober 2015
#SABTULIS
0 komentar:
Posting Komentar