bab 8
Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Pertentangan sosial
Pertentangan sosial merupakan suatu konflik yang
biasanya timbul akibat faktor-
faktor sosial, contohnya salah paham. Pertentangan
sosial ini adalah salah satu akibat dari
adanya perbedaan-perbedaan dari norma yang menyimpang
di kehidupan masyarakat.
Pertentangan sosial dapat terjadi di dalam kehidupan
sehari-hari.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pertentangan sosial, antara lan:
• Rasa iri antara satu sama lain
• Adanya rasa tidak puas dengan perlakuan atau
tindakan yang diterima dan diberikan oleh
orang lain
• Adanya adu domba diantara masyarakat, kelompok, atau
di dalam pemerintahan
Contoh : Pertentangan yang terjadi antara kaum buruh
di sebuah pabrik tekstil yang
menuntut kenaikan gaji atau dikeluarkan nya THR
(Tunjangan Hari Raya). Masalah
pendapatan atau gaji sangat berhubungan dengan hajat
kehidupan maka tidak
jarang dalam mengajukan tuntutannya tersebut, para
buruh melakukan tindak
kekerasan dengan merusak fasilitas pabrik.
Integrasi
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration”
yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Dapat dikatakan pula integrasi sosial
adalah proses penyesuaian unsur-unsur
yang berbeda di dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan
bermasyarakat yang memiliki keserasian fungsi.
PERBEDAAN KEPENTINGAN
Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah
laku individu. Individu bertingkah laku karena
adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya, sama
halnya dengan konflik. Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. perbedaan-
perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya
ciri-ciri individual dalam interaksi sosial,
konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang
tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Dibawah ini yang merupakan bagian dari faktor penyebab
konflik :
1. Perbedaan individu, yang
meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
2. Perbedaan latar belakang
kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
3. Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
4. Perubahan-perubahan nilai yang
cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Namun dibalik konflik tersebut terdapat sebuah Lubang
hitam yang begitu besar yang bisa
menghantui siapa saja . dibawah ini merupakan akibat
dari konflik :
1. meningkatkan solidaritas sesama
anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan
kelompok lain.
2. keretakan hubungan antar
kelompok yang bertikai.
3. perubahan kepribadian pada
individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
DISKRIMINASI
Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil
terhadap individu tertentu, di mana layanan
ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili
oleh individu tersebut. Diskriminasi merupakan
suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat
manusia, ini disebabkan karena kecenderungan
manusian untuk membeda-bedakan yang lain.
Ketika seseorang diperlakukan secara tidak adil karena
karakteristik suku, antargolongan, kelamin,
ras, agama dan kepercayaan, aliran politik, kondisi
fisik atau karateristik lain yang diduga merupakan
dasar dari tindakan diskriminasi
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan
atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras,
dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang
yang sama.
Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan
yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat
diterapkan di lapangan.Diskriminasi ditempat kerja
Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai macam
bentuk:
dari struktur upah,
cara penerimaan karyawan,
strategi yang diterapkan dalam kenaikan jabatan, atau
kondisi kerja secara umum yang bersifat diskriminatif.
Diskriminasi di tempat kerja berarti mencegah
seseorang memenuhi aspirasi profesional dan
pribadinya tanpa mengindahkan prestasi yang
dimilikinya.
Teori statistik diskriminasi berdasar pada pendapat
bahwa perusahaan tidak dapat mengontrol
produktivitas pekerja secara individual. Alhasil,
pengusaha cenderung menyandarkan diri pada
karakteristik-karakteristik kasat mata, seperti ras
atau jenis kelamin, sebagai indikator produktivitas,
seringkali diasumsikan anggota dari kelompok tertentu memiliki
tingkat produktivitas lebih rendah.
Etnosentrisme adalah persepsi yang dimiliki oleh
individu yang menganggap bahwa budayanya
adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang
dimiliki oleh orang lain.
Sebab-sebab Munculnya Etnosentrisme di Indonesia
Salah satu faktor yang mendasar yang menjadi penyebab
munculnya etnosentrisme di Bangsa ini
adalah budaya politik masyarakat yang cenderung
tradisional dan tidak rasionalis. Budaya politik
masyarakat kita masih tergolong budaya politik subjektif
Ikatan emosional –dan juga ikatan-ikatan
primordial- masih cenderung menguasai masyarakat kita.
Masyarakat kita terlibat dalam dunia politik
dalam kerangka kepentingan mereka yang masih
mementingkan suku, etnis, agama dan lain-lain.
Aspek kognitif dan partisipatif masih jauh dari
masyarakat kita.
Salah satu faktor yang juga menjadi penyebab munculnya
masalah etnosentrisme adalah pluralitas
Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras
dan golongan. Pluralitas masyarakat Indonesia ini
tentu melahirkan berbagai persoalan. Setiap suku,
agama, ras dan golongan berusaha untuk memperoleh
kekuasaan dan menguasai yang
lain.Pertarungan kepentingan inilah yang sering
memunculkan persoalan-persoalan di daerah.
Pertentangan Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih
luas daripada yang biasa dibayangkan orang
dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar.
Terdapat tiga elemen dasar yang merupakan
ciri dasar dari suatu konflik, yaitu
terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang
terlibat dalam konflik
unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang
tajam dalam kebutuhan, tujuan, masalah,
sikap, maupun gagasan-gagasan
terdapat interraksi diantar bagian-bagian yang
mempunyai perbedaan tersebut
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan
dengan emosi-emosi tertentu yang sering
dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik
dapat terjadi pada lingkungan diri
seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara
pemecahan konflik tersebut :
Elimination, pengunduran diri dari salah satu pihak
yang terlibat konflik
Subjugation atau Domination, pihak yang mempunyai
kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain
untuk mengalah
Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan
dengan voting
Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang
menang, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta
kesepakatan untuk melakukan kegiatan bersama
Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat
dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah
Integration, artinya pendapat-pendapat yang
bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang
memuaskan bagi semua pihak
Golongan-Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial
Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat
majemuk yang terdiri dari berbagai suku
bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh
kesatuan nasional yang berwujudkan Negara
Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem
nasional yang mengintegrasikannya melalui
jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan
sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan
tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama,
Bahasa, Nasional Indonesia.
Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka
adalah integrasi diantara masyarakat yang
majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian
persatuan. Masyarakat majemuk tetap berada
pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi
berdampingan (Bhineka Tunggal Ika), berbeda-
beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang
dapat menjadi penghambat dalam integrasi:
Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap
sebagai miliknya
Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan
kehidupan ekonomi antar warga negara Indonesia asli
dengan keturunan (Tionghoa,arab)
Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk
mempertajam perbedaan kesukuan
Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap
seseorang anggota golongan tertentu.
Integrasi Sosial adalah merupakan proses penyesuaian
unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat
menjadi satu kesatuan. Unsur yang berbeda tersebut
meliputi perbedaan kedudukan sosial,ras, etnik,
agama, bahasa, nilai, dan norma. Syarat terjadinya
integrasi sosial antara lain:
Anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling
mengisi kebutuhan mereka
Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama
mengenai norma dan nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman
Nilai dan norma berlaku lama dan tidak berubah serta
dijalankan secara konsisten
Integrasi Internasional merupakan masalah yang dialami
semua negara di dunia, yang berbeda adalah
bentuk permasalahan yang dihadapinya. Menghadapi
masalah integritas sebenarnya tidak memiliki
kunci yang pasti karena latar belakang masalah yang
dihadapi berbeda, sehingga integrasi
diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang
bersangkutan, dapat dengan jalan kekerasan atau
strategi politik yang lebih lunak. Beberapa masalah
integrasi internasional, antara lain:
perbedaan ideologi
kondisi masyarakat yang majemuk
masalah teritorial daerah yang berjarak cukup jauh
pertumbuhan partai politik
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk memperkecil
atau menghilangkan kesenjangan-
kesenjangan itu, antara lain:
mempertebal keyakinan seluruh warga Negara Indonesia
terhadap Ideologi Nasional
membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan
antar daerah/pulau dengan membangun saran
komunikasi, informasi, dan transformasi
menggali kebudayaan daerah untuk menjadi kebudayaan
nasional
membentuk jaringan asimilasi bagi kelompok etnis baik
pribumi atau keturunan asing.
SUMBER:
https://taniakharismaya.wordpress.com/2013/12/01/pertentangan-sosial-
dan-integrasi- dalam-
masyarakat/
https://terangsaja.wordpress.com/tag/kasus-atau-
peristiwa-pertentangan- sosial-dan- integrasi-
masyarakat/
https://shatriacesarya.wordpress.com/2010/12/26/prasangka-diskriminasi-
dan-etnosentrisme/
http://ugmyfirmansyah13.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-dan-
contoh-etnosentrisme- di.html
https://nathaniaseptavy.wordpress.com/tag/pertentangan-sosial-
ketegangan-masyarakat/
bab 9
BAB 9
Hubungan Ilmu Pengetahuan, Teknologi,
dan Kemiskinan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Masa Esa karena
hanya atas berkat dan rahmatNya
sajalah saya bisa menyelesaikan makalah Ilmu Sosial
Dasar ini.
Dalam makalah kali ini, saya akan menjelaskan tentang
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
Kemiskinan. Bagaimana kaitan antara Ilmu Pengetahuan,
teknologi dan juga kemiskinan,
karena semakin berembangnya zaman, semakin banyak ilmu
dan teknologi yang berkembang
yang tentunya mempengaruhi masyarakat yang ada dalam
suatu wilayah tertentu. Di saat
IPTEK berkembang, kebanyakan masyarakat akan berusaha
mempelajarinya karena rasa
ingin tahu yang sangat tinggi. Tetapi tidak semua
individu dapat mengikuti
perkembangannya. Dan faktor yang paling besar adalah
faktor ekonomi, yang berhubungan
dengan kemiskinan.
Demikian sepatah dua patah kata yang dapat saya
sampaikan. Kritik dan saran saudara sangat
membantu demi menyempurnakan makalah ini. Mohon maaf
apabila ada kata yang kurang
berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Terima kasih.
Penulis
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemiskinan sering sekali dikaitkan dengan ilmu
pengetahuan. Banyak orang yang menilai
bahwa orang yang miskin itu berarti orang yang
memiliki ilmu pengetahuan yang kurang
sehingga mereka tidak mampu untuk mencapai penghasilan
yang banyak, atau bahkan ereka
cenderung malas untuk bekerja.
Hal ini juga berkaitan dengan kebijakan-kebijakan baru
yang dikeluarkan oleh pemerintah
terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Banyak orang yang terus
menerus menggali ilmu utuk dapat menciptakan sesuatu
yang baru dan mempermudah
pekerjaan individu atau kelompok. Tetapi tanpa sadar
memiliki dampak negatif bagi kalangan
masyarakat tertentu. Sehingga menyebabkan perekonomian
yang tidak merata.
1. Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah kali ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
softskill Ilmu Sosial Dasar tentang Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Masyarakat,
memberikan informasi dan menjelaskan pengertian ilmu
pengetahuan, teknologi, dan juga
masyarakat.
1. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan ?
Apa yang dimaksud dengan teknologi ?
Apa yang dimaksud dengan kemiskinan ?
Apa kaitan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan
kemiskinan ?
PEMBAHASAN
ilmu pengetahuan
Ada keseragaman pendapat di kalangan ilmuwan bahwa
ilmu itu selalu tersusun dari
pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan
pangkal tumpuan tertentu dengan
sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum,
dan akumulatif.
Menurut Aristoteles: pengetahuan merupakan pengetahuan
yang dapat diinderai dan dapat
merangsang budi; menurut Decartes: ilmu pengetahuan
merupakan serba budi; Bacon
danDavid Home: ilmu pengetahuan merupakan pengalaman
indera dan batin; ImmanuelKent:
Pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan
pengalaman; dan menurut teoriPhyroo:
mengatakan tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Dari berbagai macam pandangan diatas diperoleh
teori-teori kebenaran pengetahuan:
1. Teori yang bertitik tolah adanya hubungan dalil Ã
teori ini menjelaskan dimana
pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi)
itu mempunyai hubungan
dengan dalil yang terdahulu.
2. Pengetahuan benar apabila ada kesesuaian dengan
kenyataan.
3. Pengetahuan benar apabila mempunyai konsekuensi
praktis dalam diri yang
mempunyai pengetahuan itu.
Banyaknya teori dan pendapat tentang pengetahuan dan
kebenaran mengakibatkan suatu
definisi ilmu pengetahuan mengalami kesulitan,
walaupun dikalangan ilmuwan sudah ada
keseragaman pendapat, namun masih terperangkap dalam
tautologis (pengulangan tanpa
membuat kejelasan) dan Pleonasme/mubazir saja.
Pembentukan ilmu akan berhadapan
dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian,
meliputi
1. Objek Material Sebagai bahan yang menjadi tujuan
penelitian bulat dan utuh
2. Objek Formal Sudut pandangan yang mengarah kepada
persoalan yang menjadi pusat
perhatian
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu
meliputi rangkaian kegiatan dan
tindakan yang dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu
kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi,
kemudian menggolong-golongkan dan
membuktikan dengan cara berfikir analitis, sintesis,
induktif, dan deduktif yang berujuk pada
pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta
sebagai upaya mencarai berbagai
hal yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan
objektif diperlukan sikap yang bersifat
ilmiah yaitu:
1. Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga
mencapai pengetahuan ilmiah yang
objektif.
2. Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap
problema yang dihadapi supaya
didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan
pemilihan terhadap hipotesis yang
ada.
3. Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak
dapat diubah maupun terhadap
alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai
ilmu.
4. Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun
aksioma terdahulu telah mencapai
kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan
kembali.
Permasalahan ilmu pengetahuan meliputi arti sumber,
kebenaran pengetahuan, serta sikap
ilmuwan itu sendiri sebagai dasar untuk langkah
selanjutnya. Ilmu pengetahuan itu sendiri
mencakup ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
sosial dan kemanusiaan, dan
sebagai apa yang disebut generic meliput segala usaha
penelitian dasar dan terapan serta
pengembangannya. Penelitian dasar bertujuan utama
menambah pengetahuan ilmiah,
sedangkan penelitian terapan adalah untuk menerapkan
secara praktis pengetahuan ilmiah.
Pengembangan diartikan sebagai penggunaan sistematis
dari pengetahuan yang diperoleh
penelitian untuk keperluan produksi bahan2, cipta
rencana sistem metode atau proses yang
berguna, tetapi yang tidak mencakup produksi atau
engineeringnya (Bachtiar Rifai, 1975)
Dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
tersebut, perlu diperhatikan
hambatan sosialnya. Bagaimna konteksnya dengan
teknologi dan kemungkinan untuk
mewujudkan suatu perpaduan dan pertimbangan moral dan
ilmiah. Contoh sederhana tapi
mendalam terjadi pada masyarakat mitis. Dalam
masyarakat tersebut ada kesatuan dari
pengetahuan dan perbuatan, demikian pula hubungan
sosial di dalam suku dan kewajiban
setiap individu jelas. Argumen ontologis, kalau
menurut teori Plato, artinya berteori tentang
wujud atau hakikat yang ada. Keadaannya sekarang sudah
berkembang sehingga manusia
sudah mampu membedakan antara ilmu pengetahuan dengan
etika dalam suatu sikap yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Teknologi
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan
suatu masalah dengan cara
mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah
praktis serta untuk mengatasi
semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna adalah suatu
teknologi yang telah memenuhi
tiga syarat utama yaitu :
1. Persyaratan Teknis, yang termasuk di dalamnya
adalah :
2. memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup,
menggunakan sebanyak mungkin
bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit
mungkin menggunakan bahan
impor.
3. jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus
diterima oleh pasar yang ada.
4. menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan
masih dapat dikembangkan,
sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil.
5. memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi
dan perawatannya.
6. Persyaratan Sosial, meliputi :
7. memanfaatkan keterampilan yang sudah ada
8. menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang
dapat terus menerus berkembang
9. menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja
yang mengakibatkan
bertambahnya pengangguran.
10. membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan
sosial dan budaya dengan mengatur
agar peningkatan produksi berlangsung dalam
batas-batas tertentu sehingga terwujud
keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis.
Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan
manusia, terutama mempermudah
pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga
memiliki berbagai dampak negatif jika
tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat
perkembangan teknologi adalah
kesempatan kerja yang semakin kurang sementara
angkatan kerja makin bertambah, masalah
penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi
yang berlebihan dikhawatirkan akan
merugikan generasi yang akan datang.
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dituliskan sebagai kurangnya
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang palin pokok
seperti pangan, pakaian, tmpat
berteduh,dll.(Emil Salim,1982). Kemiskinan merupakan
tema sentral dari perjuangan bangsa
akan kemerdekaan bangsa, dan motivasi fundamental dari
cita-cita menciptakan masyarakat
adil dan makmur. Garis kemiskinan yang menentukan
batas minimum pendapatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal :
1. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau
mental seseorang. Pada aspek
badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat
maksimal sebagaimana manusia
lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental,
biasanya mereka disifati oleh
sifat malas bekerja dan berusaha secara wajar,
sebagaimana manusia lainnya.
2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.
Biasanya pihak pemerintah
menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan sementara
dengan bantuan
secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang
lebih layak.
3. Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural.
Selain disebabkan oleh keadaan
pasrah pada kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib
dan takdir Tuhan, juga
karena struktur ekonomi, sosial dan politik.
Hubungan antara Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
Kemiskinan
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang
tak terpisahkan dalam peranannya
untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan
digunakan untuk mengetahui “apa”
sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu
pengetahuan sebagai suatu badan
pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang
berhubungan dengan proses produksi,
berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi.
Teknologi merupakan penerapan ilmu
pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu
pengetahuan di dalamnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya,
keduanya menghasilkan suatu
kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya
membawa malapetaka yang belum pernah
dibayangkan. Oleh karena itu, ketika manusia sudah
mampu membedakan ilmu pengetahuan
(kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak
dapat netral dan bersikap netral
terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan
atau mengambil keputusan terhadap
sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat
pertimbangan moral dan ajaran agama.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian-bagian
yang dapat dibeda-bedakan, tetapi
tidak dapat dipisah-pisahkan dari suatu sistem yang
berinteraksi dengan sistem-sistem lain
dalam kerangka nasional seperti kemiskinan.
Dalam hal kemiskinan struktural, ternyata adalah
buatan manusia terhadap manusia lainnya
yang timbul dari akibat dan dari struktur politik,
ekonomi, teknologi dan sosial buatan
manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat
mengakibatkan kemiskinan, karena
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang
fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya
disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola
relasi antara manusia dengan sumber
kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar.
Semuanya merupakan sub sistem atau sub
struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di
dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rata-rata orang yang hidup di bawah garis kemiskinan
belum dapat membaca maupun
menulis. sedangkan salah satu cara memberantas
kemiskinan adalah dengan ilmu
pengetahuan. Dengan dapat membaca dan menulis, seorang
pemulung sampah bisa
berkesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak
dan menghasilkan banyak uang.
Dengan ilmu pengetahuan, dapat merubah seorang
pengamen untuk berpikir kreatif dan
memulai membuka suatu usaha dengan memanfaatkan
teknologi yang ada.
Kesimpulan
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan adalah
sesuatu yang bertentangan. Teknologi
diciptakan oleh manusia demi kesejahteraan umat
manusia dan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan arti menciptakan, mencari kesenangan
manusia, melindungi dari malapetaka,
kelaparan, melindungi dari bahaya kekejaman alam serta
memenuhi kebutuhan pokok
manusia.
Ilmu pengetahuan, teknologi serta kemiskinan memiliki
kaitan struktur yang jelas, sebab bagi
siapa saja yang dapat menguasai IPTEK maka ia akan
berkembang mengikuti era globalisasi
yang sudah modern ini. Dan bagi siapa saja yang tidak
menguasai IPTEK maka ia akan
tertinggal jauh oleh pesatnya perkembangan teknologi
di zaman ini.
Bila di zaman yang modern ini masih ada masyarakat
yang tertinggal dan tidak menguasai
IPTEK maka mungkin saja masyarakat masih terpuruk
dalam kemiskinan karena mereka
masih menggunakan cara lama yang sudah tertinggal dan
tidak efektif dan efisien lagi di
zaman ini. ada beberapa hal yang harus di perhatikan :
1. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun
dengan sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat
diperiksa dan dikontrol dengan
kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.
2. Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan
suatu masalah dengan cara
mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai
kebudayaan dan skala nilai
yang ada
3. Kemiskinan yaitu adanya suatu tingkat kekurangan
materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan
yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
4. Ada kaitan yang erat antara iptek dan kemiskinan
yang dialami oleh masyarakat
terutama pada negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia.
Daftar Pustaka
https://agilkusumo.wordpress.com/2015/01/02/kemiskinan-sebagai-
masalah-sosial/
http://ismayadefi.blogspot.com/2011/11/makalah-isd-
ilmu-pengetahuan- teknologi.html
http://venitalavia.wordpress.com/2010/03/01/isd-ilmu-
pengetahuan-teknologi- dan-
kemiskinan/
http://pandanwulan.wordpress.com/2012/01/09/tugas-ilmu-
sosial-dasar- ilmu-pengetahuan-
teknologi-dan- kemiskinan/
http://dunia-schut.blogspot.com/2013/01/ilmu-
pengetahuan-teknologi- dan.html
http://tyomulyawan.wordpress.com/keterkaitan-ilmu-
pengetahuanteknologi-dan- kemiskinan/
bab 10
BAB 10 AGAMA DAN MASYARAKAT
1.AGAMA DAN MASYARAKAT
Indonesia memiliki
banyak sekali budaya dan adat istiadat yang juga berhubungan dengan masyarakat
dan agama. Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia dapat dikaitkan
hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam melestraikan budaya.Sebagai
contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat hindu Bali yang
sampai sekarang masih terjaga kelestariannya. Hal ini membuktikan bahwa agama
mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari
masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan melestarikan
kebudayaannya.
Selain
itu ada juga hubungan lainnya,yaitu menjaga tatanan kehidupan. Artinya hubungan
agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan
membentuk kehidupan yang harmonis,karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang
erat satu sama lain. Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan baik dan
taat dengan peraturan yang ada,hati dan pikiran kita pasti akan tenang dan
dengan itu kita dapat membuat keadaan menjadi lebih baik seperti memelihara dan
menjaga budaya kita agar tidak diakui oleh negara lain.
1.1 FUNGSI
AGAMA DALAM MASYARAKAT
Agama merupakan salah
satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan
dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan
untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari.
Prof. Dr. H.
Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama membantu kita memahami beberapa fungsi
agama dalam masyarakat, antara lain:
1.
Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama
secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan
melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar,
dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama
masing-masing.
2.
Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia
selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama
meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama
Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran
menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak
bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya
bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus
meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti
terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh.
Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami
secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan
untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar
agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
3.
Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama
seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin
dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka
harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
4.
Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk
penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan,
kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga
mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki
sistem kehidupan yang ada.
5.
Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini
dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri
tegak menjadi pilar "Civil Society" (kehidupan masyarakat)
yang memukau.
6.
Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah
kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi
ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan
moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
7.
Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong
fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif
bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
8.
Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi).
Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi,
melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu
adalah ibadah.
1.2 DIMENSI
KOMITMEN AGAMA
Menurut Roland Robertson dimensi komitmen agama
terbagi menjadi:
• Dimensi keyakinan
mengandung perkiraan/ harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan
teologis tertentu.
• Praktek agama
mencakup perbuatan-perbuatan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan
komitmen agama secara nyata.
• Dimensi pengetahuan
dikaitkan dengan perkiraan bahwa orang-orang yang bersikap religius akan
memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan,
kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
• Dimensi konsekuensi
dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan.
• Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa
semua agama mempunyai perkiraan tertentu
2.1 3 TIPE KAITAN AGAMA DENGAN MASYARAKAT
Kaitan agama dengan masyarakat dapat dibagi menjadi
tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan secara utuh (Elizabeth K. Nottingham,
1954), yaitu:
1. Masyarakat yang
terbelakang dan nilai- nilai sakral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan
terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama. Oleh karenanya
keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.
2. Masyarakat-
masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan
teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan
ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial
diisi dengan upacara- upacara tertentu.
3. Masyarakat-
masyarakat industri sekular
Masyarakat industri bercirikan dinamika dan teknologi
semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian-
penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-
penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya
adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris
berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan,
sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat
sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan
langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan
kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
2.2 PELEMBAGAAN
AGAMA
Agama
yang universal, permanen dan mengatur dalam kehidupan, sehingga bila tidak
memahami agama, akan sulit untuk memahami masyarakat. Agama melalui wahyunya
atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan
mendasar, yaitu selamat dunia dan di akhirat.
Untuk
kepentingan tersebut perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya.
Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama
menjadi salah satu aspek kehidupan semua kelompok sosial, merupakan sebuah
fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga,
kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan.
Dan
terbentuklah organisasi keagamaan untuk mengelola masalah keagamaan. Yang
semula terbentuk dari pengalaman agama tokoh kharismatik pendiri organisasi,
kemudian menjadi organisasi kegamaan yang terlembaga. Lembaga keagamaan
berkembang sebagai pola ibadah, ide- ide, ketentuan (keyakinan), dan tampil
sebagai bentuk asosiasi atau organisasi. Tampilnya organisasi agama akibat
adanya kedalaman beragama, dan mengimbangi perkembangan masyarakat dalam hal
alokasi fungsi, fasilitas, produksi, pendidikan dan sebagainya.
3.1 CONTOH DAN
KAITANNYA KONFLIK AGAMA YANG ADA DALAM MASYARAKAT
· Konflik
Islam-Kristen. Konflik ini pada awalnya didasari oleh kepercayaan bahwa Islam
memandang Nasrani sebagai agama kafir karena mempercayai Yesus sebagai anak
Allah, padahal dalam ajaran Islam Nabi Isa (Yesus) merupakan nabi biasa yang
pamornya kalah dari nabi utama mereka Muhammad S.A.W. Konflik ini pada awalnya
hanya pada tataran kepercayaan saja, namun ketika unsur politis, ekonomi, dan
budaya masuk, maka konflik yang bermuara pada pecahnya Perang Salib selama
beberapa abad menegaskan rivalitas Islam-Kristen sampai sekarang. Konflik itu
sendiri muncul ketika Agama Kristen dan Islam mencapai puncak kejayaannya
berusaha menunjukkan dominasinya. Ketika itu Islam yang berusaha meluaskan
pengaruhnya ke Eropa, mendapat tantangan dari Nasrani yang terlebih dahulu ada
dan telah mapan. Puncak pertempuran itu sebenarnya terjadi ketika perebutan
Kota Suci Jerusalem yang akhirnya dimenangkan tentara salib. Sebagai balasan,
Islam kemudian berhasil merebut Konstatinopel yang merupakan poros dagang
Eropa-Asia pada saat itu.
REFERENSI
:
KET
BAB 1-10
DISUSUN OLEH
1. BAB 1 dan 9
DISUSUN OLEH : SARTIKA AVRIANTI
NPM : 16116854
KELAS : 1KA19
NPM : 16116854
KELAS : 1KA19
2. BAB 2 dan 10
DISUSUN OLEH : FARHANAH APSARI YOLANDA
NPM : 12116659
KELAS : 1KA19
NPM : 12116659
KELAS : 1KA19
3. BAB 3 dan 7
DISUSUN OLEH : RATIH HARTANTI
NPM : 16116096
KELAS : 1KA19
NPM : 16116096
KELAS : 1KA19
4. BAB 4 dan 8
DISUSUN OLEH : ANNISA BADZLINA